Langsung ke konten utama

Baca Juga

Bendera One Piece Berkibar di Indonesia: Luffy, Kamu Ngapain di Sini?

Beberapa hari terakhir, media sosial Indonesia mendadak berubah jadi lautan tawa, heran, dan sedikit panik. Soalnya, ada satu tren aneh tapi nyata yang muncul jelang 17 Agustus: bendera One Piece berkibar di mana-mana . Iya, kamu nggak salah baca. Bukan bendera partai, bukan bendera klub bola, tapi bendera bajak laut ala Monkey D. Luffy dan gengnya. Tengkorak bertopi jerami, yang biasa kamu lihat pas Luffy ngomel-ngomel di kapal, sekarang eksis di tiang-tiang rumah warga. Pertanyaannya: ini beneran tren? Atau kru Topi Jerami nyasar ke RW kita? Awalnya cuma satu-dua orang yang nekat masang bendera itu, tapi karena netizen kita punya bakat “copy paste nasional”, akhirnya dalam sekejap mulai bermunculan di mana-mana. Ada yang pasang di truk, ada yang nempel di warung, ada juga yang berdiri gagah berdampingan sama bendera Merah Putih. Kocaknya, ekspresi warga yang lihat itu pun macem-macem, mulai dari yang ngakak, nyinyir, sampai yang mikir, “Eh, ini jangan-jangan pertanda revolusi?” Ta...

Bayang-Bayang di Ujung Senja

 

Mentari senja memercikkan warna jingga ke seluruh penjuru langit, menciptakan lukisan alam yang indah. Di tepi sebuah danau kecil, seorang pemuda bernama Arga duduk termenung. Di tangannya ada secarik surat yang telah berulang kali ia baca. Surat itu datang dari Aila, perempuan yang mengisi hatinya selama dua tahun terakhir.

Aila adalah sosok yang memesona. Bukan hanya karena parasnya yang anggun, tapi juga karena cara bicaranya yang lembut, caranya mendengar tanpa menghakimi, dan cara ia membuat Arga merasa menjadi manusia terbaik di dunia. Hari ini, mereka berjanji untuk bertemu di tempat pertama kali mereka bertemu, di tepi danau itu.

"Arga," suara lembut itu memanggil. Ia menoleh dan melihat Aila berjalan menghampirinya. Gaun putihnya berkibar diterpa angin sore, membuatnya terlihat seperti bidadari yang turun dari langit.

"Kamu datang," ujar Arga dengan senyum yang mencerminkan kelegaan dan kebahagiaan.

Aila duduk di sampingnya. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari kenangan kecil hingga impian besar. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari ini. Mata Aila tampak redup, seolah ada beban yang tak terucapkan.

"Arga, aku harus jujur," ujar Aila tiba-tiba, suaranya sedikit bergetar.

Arga mengerutkan dahi. "Ada apa? Apa yang ingin kamu katakan?"

Aila menarik napas panjang. "Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa terus bersamamu."

"Apa maksudmu?" tanya Arga dengan nada bingung.

Aila menunduk, menggenggam tangan Arga erat-erat. "Ada sesuatu tentang aku yang belum pernah aku ceritakan. Aku takut kamu tidak akan bisa menerimanya."

"Aila, aku mencintaimu apa adanya. Apa pun itu, aku ingin tahu," ujar Arga meyakinkan.

Aila mengeluarkan sebuah foto dari tas kecilnya dan menyerahkannya kepada Arga. Foto itu adalah foto seorang lelaki yang mirip dengan Arga, hanya saja ia terlihat lebih tua.

"Ini... siapa?" tanya Arga bingung.

Aila menatap Arga dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Itu ayahmu, Arga."

Dunia Arga seolah berhenti berputar. "Ayahku? Bagaimana kamu bisa punya foto ini? Ayahku sudah meninggal ketika aku masih kecil."

Aila terdiam sesaat, kemudian berkata dengan suara bergetar, "Karena aku adalah seseorang yang pernah mencintai ayahmu."

Rasanya seperti ada badai besar di dalam kepala Arga. "Apa maksudmu?"

Aila menjelaskan dengan hati-hati. Bertahun-tahun yang lalu, sebelum Arga lahir, Aila bertemu dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta, pria itu adalah ayah Arga. Hubungan mereka tidak pernah sampai ke pernikahan karena situasi yang rumit. Ketika Aila mengetahui bahwa pria itu menikah dan memiliki anak, ia memutuskan untuk menghilang.

"Arga," ucap Aila pelan, "Aku tidak tahu bahwa kamu adalah anaknya sampai kita mulai dekat. Awalnya aku berpikir aku bisa mengabaikannya, tapi semakin lama, rasa bersalahku semakin besar."

Arga terpaku. Hatinya penuh dengan campuran emosi: marah, bingung, dan hancur. "Kenapa kamu tidak mengatakan ini sejak awal?"

"Karena aku mencintaimu," bisik Aila sambil menahan tangis. "Tapi aku sadar, ini salah. Kita tidak bisa terus seperti ini."

Aila berdiri, air matanya jatuh perlahan. "Ini terakhir kali kita bertemu, Arga. Maafkan aku."

Tanpa menunggu jawaban, Aila berbalik dan pergi meninggalkan Arga yang masih duduk terpaku di tepi danau. Dunia yang sebelumnya penuh warna kini berubah menjadi abu-abu.

Namun, di saat Aila hampir hilang dari pandangan, Arga menemukan sesuatu yang aneh. Di dalam amplop yang tadi diberikan Aila, ada surat lain. Ia membukanya dengan tangan gemetar.

Surat itu berbunyi:

"Arga, jika kamu membaca ini, itu berarti aku sudah jauh. Tapi ada sesuatu yang harus kamu tahu. Aku bukanlah manusia seperti kamu. Aku tidak menua seperti orang lain. Cinta yang aku rasakan untukmu adalah nyata, tapi aku tidak bisa egois untuk terus bersamamu. Jangan cari aku, Arga. Karena aku tidak akan pernah kembali. Tapi percayalah, aku akan selalu mencintaimu dari jauh."

Arga merasa seluruh tubuhnya membeku. Apa maksud surat itu? Dan ke mana Aila pergi?

Di kejauhan, siluet Aila terlihat memudar di bawah sinar senja, seolah menyatu dengan langit. Danau itu tetap tenang, tapi di dalam hati Arga, badai baru saja dimulai.

Komentar