Cari Blog Ini
Blog ini adalah dunia kecil tempat cerpen, puisi, dan artikel mencerminkan perjalanan hati dan pikiran. Temukan perspektif baru dalam setiap kata
Baca Juga
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Di Antara Tiga Nama dan Lidah yang Membisu
![]() |
Diantara Tiga Nama dan Lidah yang Membisu |
Sore
itu, kampus sepi seperti kota yang ditinggalkan. Langit berwarna keemasan,
menyiramkan cahaya lembut ke taman tempat Rama duduk sendirian. Angin membawa
bisikan-bisikan samar dari masa lalu, membawa ingatannya kembali ke tiga nama
yang pernah mengisi hatinya: Bunga, Intan, dan Nadia.
Tiga
perempuan, tiga cerita, dan tiga cinta yang tak pernah ia nyatakan. Di antara
mereka, Rama menjadi lelaki yang penuh tawa di luar, tetapi penuh ragu di
dalam. Ia menyapa mereka dengan ramah, bersikap seperti seorang sahabat,
sementara hatinya bergetar setiap kali mendengar suara mereka, melihat senyum
mereka, atau sekadar menghirup kehadiran mereka.
Bunga,
gadis dengan kelembutan yang meneduhkan, adalah teman pertama yang membuat Rama
memahami arti ketertarikan. Tapi hubungan mereka tak lebih dari persahabatan
yang penuh canda. Intan, seorang perempuan yang anggun dan bercahaya, adalah
sosok yang membuat Rama merasa kecil di hadapannya, seperti pengagum rahasia
yang hanya bisa berdiri di kejauhan. Lalu Nadia, sosok yang penuh energi dan
semangat, datang seperti angin segar yang membuat Rama untuk pertama kalinya
mencoba, meskipun akhirnya ia tetap kalah oleh rasa takut yang tak berwujud.
Dan
di sanalah Rama kini, terjebak dalam keheningan yang ia ciptakan sendiri.
Lidahnya kelu, hatinya membeku, sementara nama-nama itu terus bergema dalam
pikirannya, mengingatkan bahwa cinta tak pernah benar-benar menjadi miliknya.
***
Bunga: Aroma yang Hilang Bersama Angin
Bunga
adalah awal segalanya—sebuah kisah yang tumbuh dengan lembut, seperti mentari
yang perlahan naik di cakrawala. Ada kesederhanaan dalam dirinya yang memikat,
seperti bunga liar yang tumbuh di tengah padang luas, tanpa meminta perhatian
siapa pun. Rambut hitamnya selalu diikat rapi, menambah kesan kuat, namun di
balik semua itu ada kelembutan yang Rama kagumi.
Mereka
sering menghabiskan waktu bersama, berbincang tentang dunia dan segala hal yang
terlintas di kepala mereka. Setiap senyuman Bunga seperti embun pagi yang
mengusap wajah Rama, dan setiap tawa yang keluar dari bibirnya menjadi musik
yang menggetarkan hati. Namun, Rama tahu bahwa persahabatan mereka adalah batas
yang tak bisa ia langkahi.
Suatu
sore di taman kampus, Bunga berkata, “Aku ingin melanjutkan kuliah di luar
kota. Aku tahu itu akan berat, tapi aku harus mengejar mimpiku.”
Rama
hanya tersenyum, menahan segala perasaan yang hampir mengalir. Ia ingin
berkata, "Jangan pergi, tetaplah di sini." Tetapi bibirnya
terkunci, seperti ada tembok tinggi yang membatasi apa yang bisa ia katakan.
Bunga akhirnya pergi, dan kereta yang membawa gadis itu perlahan menjauh. Rama
berdiri di stasiun, hanya bisa melihat bayangannya menghilang, membawa aroma
yang kini tak lagi bisa ia sentuh.
***
Intan:
Kilau yang Tak Terjamah
Setahun
setelah Bunga pergi, Rama bertemu dengan Intan, teman lama dari masa SMA. Intan
berbeda, seperti permata yang bersinar terang, dengan segala kesan anggun dan
percaya dirinya. Saat pertama kali melihatnya kembali di sebuah seminar kampus,
Rama merasa seperti terpesona oleh kilau yang memancar dari dirinya. Intan
adalah sosok yang selalu membuat Rama merasa kecil, seperti bintang yang tak
bisa ia sentuh meski ia ingin sekali menatapnya lebih lama.
Mereka
mulai berbicara lagi, mengenang masa lalu, berbagi cerita tentang hidup dan
harapan-harapan yang belum sempat terwujud. Setiap kali mereka berbicara, ada
bagian dari diri Rama yang ingin mengungkapkan perasaannya, tetapi entah
mengapa, kata-kata itu selalu terhenti di ujung lidahnya.
“Aku
ingin pergi ke luar negeri, belajar lebih banyak,” kata Intan suatu malam,
matanya berbinar. “Dunia ini luas, Ram. Aku ingin menjadi bagian darinya.”
Dan
seperti biasa, Rama hanya tersenyum. “Aku bangga padamu, Intan. Selalu lakukan
yang terbaik,” katanya, meskipun hatinya mengingatkan bahwa ia telah kehilangan
kesempatan untuk berkata lebih. Intan akhirnya pergi, dan Rama tahu, ia tak
pernah bisa mencapai bintang itu.
***
Nadia:
Cahaya yang Hangat di Tengah Ladang
Kemudian
ada Nadia, sosok yang berbeda dari yang lain. Nadia adalah cahaya di tengah
kegelapan, seseorang yang membuat Rama merasa seolah-olah dunia bisa lebih
indah hanya dengan berada di dekatnya. Mereka bertemu saat program KKN di
sebuah desa, dan sejak saat itu, setiap percakapan mereka seolah menyulam
benang-benang harapan di hati Rama. Nadia adalah segalanya yang Rama inginkan:
penuh semangat, berani, dan selalu ada untuk orang-orang di sekitarnya.
Namun,
meskipun Nadia membuatnya merasa hidup, Rama masih terbungkam. Ia merasa bahwa
mungkin Nadia terlalu berharga untuk ia miliki, atau lebih tepatnya, terlalu
sibuk dengan mimpinya sendiri untuk memperhatikan rasa yang tumbuh di hati
Rama.
Suatu
malam, saat mereka duduk di bawah langit berbintang, Rama memberanikan diri
untuk mengungkapkan perasaannya. “Nadia, aku suka sama kamu,” katanya pelan,
suaranya nyaris hilang diterpa angin.
Nadia
menatapnya, lalu tersenyum lembut. “Rama, aku senang kamu bilang begitu. Tapi
aku nggak bisa saat ini. Ada banyak yang harus aku lakukan, banyak yang harus
aku capai dulu.”
Rama
hanya bisa mengangguk, dan untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit lega. Cinta
itu tak pernah bisa ia miliki, tapi setidaknya ia berhasil mengungkapkan apa
yang selama ini ia pendam. Dan seperti angin yang menyapu daun-daun kering,
Nadia pergi ke tujuannya, meninggalkan Rama dalam keheningan.
***
Akhir
yang Tak Pernah Sampai
Bunga,
Intan, dan Nadia. Tiga nama yang pernah mengisi ruang di hatinya, tiga cinta
yang selalu terhenti sebelum sempat ia ungkapkan. Rama kini duduk di bangku
taman kampus, di bawah langit senja yang mulai gelap. Ia menyadari bahwa cinta
bukan hanya tentang memiliki, tetapi tentang keberanian untuk mengungkapkan
perasaan, meskipun itu berarti harus siap untuk kehilangan.
Namun, meskipun tiga cinta itu tak pernah menjadi miliknya, Rama tahu bahwa ia telah belajar sesuatu yang lebih penting. Suatu hari, mungkin ia akan menemukan keberanian itu, keberanian untuk mencintai tanpa takut akan kehilangan, dan yang lebih penting, keberanian untuk mengungkapkannya.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
Apakah Tunjangan Guru Dipotong Akibat Efisiensi Anggaran? Simak jawabannya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Orang Lama Kalah Sama Orang Baru? Ternyata Begini Rahasia di Balik Drama Cinta Ini!"
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar