Langsung ke konten utama

Baca Juga

Bendera One Piece Berkibar di Indonesia: Luffy, Kamu Ngapain di Sini?

Beberapa hari terakhir, media sosial Indonesia mendadak berubah jadi lautan tawa, heran, dan sedikit panik. Soalnya, ada satu tren aneh tapi nyata yang muncul jelang 17 Agustus: bendera One Piece berkibar di mana-mana . Iya, kamu nggak salah baca. Bukan bendera partai, bukan bendera klub bola, tapi bendera bajak laut ala Monkey D. Luffy dan gengnya. Tengkorak bertopi jerami, yang biasa kamu lihat pas Luffy ngomel-ngomel di kapal, sekarang eksis di tiang-tiang rumah warga. Pertanyaannya: ini beneran tren? Atau kru Topi Jerami nyasar ke RW kita? Awalnya cuma satu-dua orang yang nekat masang bendera itu, tapi karena netizen kita punya bakat “copy paste nasional”, akhirnya dalam sekejap mulai bermunculan di mana-mana. Ada yang pasang di truk, ada yang nempel di warung, ada juga yang berdiri gagah berdampingan sama bendera Merah Putih. Kocaknya, ekspresi warga yang lihat itu pun macem-macem, mulai dari yang ngakak, nyinyir, sampai yang mikir, “Eh, ini jangan-jangan pertanda revolusi?” Ta...

Mahasiswa Semester Akhir: Antara Tawa dan Derita


    Masuk semester akhir adalah momen yang bikin campur aduk. Di satu sisi, ada kebahagiaan karena sebentar lagi bisa lepas dari kata "mahasiswa." Tapi di sisi lain, ada kenyataan pahit yang bikin kita pengen rebahan seumur hidup. Jadi, mari kita bahas realita jadi mahasiswa semester akhir dengan gaya yang santai dan sedikit lucu.

1. Skripsi: Antara "Jodohku" dan "Musuhku"

Skripsi adalah kata keramat yang sering kali bikin mahasiswa semester akhir trauma. Rasanya kayak jatuh cinta sama orang yang gak cinta balik. Kita sayang, kita kejar, tapi dia selalu memberi tanda-tanda penolakan berupa revisi tanpa ujung.

"Bab 1 aman ya," kata dosen pembimbing. Kita pun merasa seperti juara dunia. Tapi tunggu dulu, begitu masuk Bab 2, dosen bilang, "Coba data kamu diulang lagi, ya." Rasanya seperti ditolak ketika baru mau ngajak nonton.

2. Revisi Tanpa Akhir

Kalau revisi skripsi bisa dijual, mungkin mahasiswa semester akhir udah kaya raya. Tapi kenyataannya, revisi itu adalah lingkaran setan yang nggak ada habisnya. Setiap selesai satu revisi, dosen pasti punya cara untuk menemukan sesuatu yang salah.

"Kayaknya font kamu beda, deh," ujar dosen sambil ngelirik naskah. Padahal kita udah pakai font Times New Roman ukuran 12 sesuai peraturan negara. Begitu fontnya aman, giliran tanda baca yang disoal. Hayo, kapan terakhir kali kamu nyalahin tanda baca?

3. Jadi Detektif Data

Mahasiswa semester akhir itu mirip-mirip Sherlock Holmes, bedanya kita bukan nyari penjahat, tapi nyari data. Berjam-jam di depan laptop sambil buka 30 tab browser udah kayak gaya hidup. Kadang saking lelahnya, kita lupa tujuan awal dan malah nonton video kucing di YouTube.

Lebih parah lagi kalau data yang dicari nggak ketemu. Ujung-ujungnya, kita jadi nyari jawaban di Google dengan keyword absurd seperti "data keren tentang ekonomi yang nggak ribet."

4. Seminar dan Sidang: Panggung Gladiator Modern

Masuk seminar atau sidang skripsi itu rasanya kayak masuk arena gladiator. Dosen penguji adalah singa lapar, sementara kita cuma gladiator yang bawa pedang tumpul alias argumen yang belum matang. Tapi, tetap aja kita berusaha sok yakin meskipun kaki udah gemetar.

Momen paling mendebarkan? Ketika dosen tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu pilih topik ini?" Kita jadi mikir, "Kenapa, ya?" Padahal jawabannya simpel: karena dosennya baik hati.

5. "Kapan Wisuda?" Pertanyaan yang Selalu Menghantui

Belum selesai urusan skripsi, ada aja kerabat atau teman yang bertanya, "Kapan wisuda?" Rasanya pengen jawab, "Kapan aja, asal revisi ini selesai." Tapi ya nggak mungkin, kan? Akhirnya cuma bisa senyum kecut sambil ngeles, "Doain aja, ya."

Padahal kita tahu, kalau revisi terus-terusan, wisuda itu cuma ada di angan-angan. Apalagi kalau tiap ngerjain skripsi, kita malah buka Instagram buat ngeliat story temen yang udah kerja. Jadi makin tertekan, kan?

6. Skill Ngatur Waktu yang Ajaib

Mahasiswa semester akhir itu punya skill ajaib: multitasking di level dewa. Pagi ngerjain skripsi, siang nyari data, sore kerja part-time, malem overthinking, dan tengah malam baru sadar deadline udah mepet. Hidup jadi kayak game survival tanpa save point.

Tapi, dari sini kita belajar bahwa hidup itu soal prioritas. Mau nggak mau, harus pinter bagi waktu, meskipun sering kali gagal karena godaan drakor atau game online.

Penutup: Tertawa di Tengah Derita

Jadi mahasiswa semester akhir memang nggak mudah, tapi percayalah, semuanya bakal terbayar ketika akhirnya kita pake toga dan dapet ijazah. Meskipun perjalanan ini penuh drama dan air mata, suatu saat kita akan ketawa sendiri mengenang betapa absurdnya momen-momen ini.

Jadi, buat kamu yang lagi di semester akhir, tetap semangat ya! Kalau capek, istirahat sebentar. Ingat, revisi memang kejam, tapi kamu lebih kuat dari itu. Kalau dosen bilang revisi lagi, anggap aja itu cara dia menunjukkan kasih sayang. Siapa tahu?

Komentar