Baca Juga

Bendera One Piece Berkibar di Indonesia: Luffy, Kamu Ngapain di Sini?


Beberapa hari terakhir, media sosial Indonesia mendadak berubah jadi lautan tawa, heran, dan sedikit panik. Soalnya, ada satu tren aneh tapi nyata yang muncul jelang 17 Agustus: bendera One Piece berkibar di mana-mana. Iya, kamu nggak salah baca. Bukan bendera partai, bukan bendera klub bola, tapi bendera bajak laut ala Monkey D. Luffy dan gengnya. Tengkorak bertopi jerami, yang biasa kamu lihat pas Luffy ngomel-ngomel di kapal, sekarang eksis di tiang-tiang rumah warga.

Pertanyaannya: ini beneran tren? Atau kru Topi Jerami nyasar ke RW kita?

Awalnya cuma satu-dua orang yang nekat masang bendera itu, tapi karena netizen kita punya bakat “copy paste nasional”, akhirnya dalam sekejap mulai bermunculan di mana-mana. Ada yang pasang di truk, ada yang nempel di warung, ada juga yang berdiri gagah berdampingan sama bendera Merah Putih. Kocaknya, ekspresi warga yang lihat itu pun macem-macem, mulai dari yang ngakak, nyinyir, sampai yang mikir, “Eh, ini jangan-jangan pertanda revolusi?”

Tapi tunggu dulu. Di balik tengkorak lucu itu, ternyata banyak yang merasa bendera One Piece ini bukan cuma buat gaya-gayaan. Ada makna yang, kalau kata anak filsafat, cukup eksistensial juga.

Coba deh pikirin. Luffy itu kan karakter yang suka ngelawan sistem. Dia nggak peduli pangkat, duit, atau jabatan. Yang dia peduli cuma temen-temennya, impiannya, dan bisa bebas keliling dunia tanpa ditindas. Nah, pas banget dong sama kondisi kita yang kadang ngerasa hidup tuh penuh pajak, aturan absurd, dan drama politik kayak sinetron. Jadi ya wajar kalau ada warga yang merasa, “Daripada pasang bendera partai, mending gue pasang bendera Luffy. Lebih jujur.”

Yang lebih seru, tren ini nyatanya bukan cuma aksi wibu nganggur. Beberapa orang yang masang bendera itu ternyata sopir truk, anak kos, sampai mahasiswa. Alasannya? Bukan karena pengen cosplay, tapi karena mereka ngerasa bendera itu mewakili suara hati. Ciieee.

Ada satu pengakuan dari sopir truk di Nganjuk yang viral banget. Dia bilang, “Luffy itu melawan ketidakadilan. Kami juga ngerasa dipalak terus di jalan. Jadi kami pasang benderanya.” Coba bayangin, sopir truk ngobrol soal keadilan sosial sambil nyetir dan nyetel dangdut koplo. Epic banget.

Tapi tentu aja, nggak semua orang senyum-senyum liat tren ini. Beberapa pejabat mulai waspada. Ada yang bilang ini bisa merusak makna kemerdekaan, bahkan ada yang nyebut "ini bisa bahaya kalau dibiarkan." Lah, padahal benderanya aja bendera bajak laut, bukan bendera kudeta.

Untungnya, dari sisi hukum, belum ada aturan yang melarang pasang bendera fiksi. Selama nggak lebih tinggi dari Merah Putih dan nggak ada niat ngehina negara, ya masih aman-aman aja. Tapi ya, bijak-bijaklah, bro and sis. Jangan sampai niat nyindir, malah kena sleding aparat.

Fenomena ini kayak semacam sindiran halus tapi tajam dari generasi muda yang mungkin udah capek ngomong serius tapi nggak didenger. Jadi mereka pilih simbol yang fun, tapi ngena. Daripada demo capek-capek nggak masuk TV, mending pasang bendera Luffy dan viral sekalian.

Intinya, ini bukan cuma soal fandom. Ini tentang rasa frustasi, keresahan sosial, dan impian buat hidup yang lebih bebas dan adil, tapi dibungkus ala wibu. Dan jujur aja, ini cara yang cerdas sekaligus kocak. Apalagi, siapa sih yang nggak pengen punya kapten kayak Luffy? Nggak korupsi, loyal ke temen, dan selalu bilang: “Aku akan jadi Raja Bajak Laut!” Nggak peduli berapa kali jatuh.

Jadi, buat kamu yang liat bendera One Piece di jalan, jangan langsung nyinyir. Bisa jadi itu bukan cuma bendera anime, tapi bendera harapan. Harapan bahwa suatu hari nanti, kita semua bisa bebas dari penindasan, bayar parkir yang manusiawi, dan nggak perlu rebutan bansos.

Dan buat Luffy: selamat datang di Indonesia, kapten. Tapi hati-hati. Di sini, bajak laut bisa kalah sama buzzer.

Kalau kamu suka artikel ini, boleh dong di-share. Siapa tahu Luffy baca dan mampir ke warung sebelah

Komentar

Posting Komentar